PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN TANPA KATA MALES!

 CERITA PEMBELAJARAN DI KELAS 2 

pembelajaran di kelas


Esensi proses pembelajaran di kelas rendah adalah pembelajaran kongkret, yaitu suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa yang berkenaan dengan fakta dan kejadian di lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran kongkret lebih sesuai bila diberikan pada siswa kelas rendah.

Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakter siswa dan juga hakikat dalam pembelajaran. Untuk menciptakan proses belajar yang efektif, hal yang harus dipahami guru adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan belajar mengajar. Yaitu sebagai pembimbing, fasilitator, narasumber, atau pemberi informasi, guru harus bisa menempatkan diri sebagai sorang yang patut untuk ditiru dan sebagai panutan bagi peserta didiknya. 

Proses belajar yang terjadi tergantung pada pandangan guru terhadap makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas siswa-siswanya. Dengan demikian, proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan minat siswa. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pemahaman para guru mengenai karakteristik peserta didiknya dan proses pembelajarannya, khususnya di sekolah dasar kelas rendah. 

Tingkatan pada setiap kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas satu sampai kelas 3 dikatakan sebagai kelas rendah dan untuk kelas 4 sampai kelas 6 dikatakan sebgai kelas tinggi. kelas rendah (kelas 1 sampai kelas 3) sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44).

Di Indonesia, rentang usia siswa sekolah dasar, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas tinggi, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentang anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang.

Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa tugas perkembangan siswa sekolah (Makmun, 1995: 68). Di antaranya mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai, mencapai kebebasan pribadi, mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.

Beberapa keterampilan akan dimiliki oleh anak yang sudah mencapai tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia 6-13 tahun (Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119). Keterampilan yang dicapai diantaranya, social-help skills dan play skill. Social-help skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi.

Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.

Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh. Sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.

Pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap oleh siswa. Agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa. Dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Pengembangan sikap ilmiah pada siswa atau peserta didik kelas rendah dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin tahu. Memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Beberapa contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa kelas rendah yakni menggolongkan peran anggota keluarga, menerapkan etika dan sopan santun di rumah, di sekolah, dan di lingkungan sekitar. Menggunakan kosakata geografi untuk menceritakan tempat, menceritakan cara memanfaatkan uang secara sederhana melalui jual beli barang dan menabung. Menceritakan masa kecilnya dengan bantuan foto, mengomunikasikan gagasan dengan satu kalimat. Mengekspresikan gagasan artistik melalui kegiatan bernyanyi dan menari. Menulis petunjuk suatu permainan. Membilang dan menyebutkan banyak benda dan melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Contoh-contoh di atas menggambarkan pembelajaran di sekolah dasar tidak harus selalu dilakukan dengan ceramah, tetapi dapat menggunakan beberapa metode mengajar yang memungkinkan siswa beraktivitas tinggi. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indra, daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

Comments

Popular posts from this blog

JAWABAN MENGENAI MATERI PUISI PADA SASTRA INDONESIA

WACANA DALAM KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA